Jumat, 07 Desember 2012


Akuisisi Kosa Kata Bahasa Inggris Melalui Multimedia Vs. Gambar Mati: Studi Komparatif



Absrak
            Penelitaian ini bertujuan menguji efek dari gambar mati dan gambar animasi terhadap akuisisi kosa kata Bahasa Inggris. Peneliti berusaha mencari tahu model pembelajaran yang mana yang lebih efektif dalam meningkatkan akuisisi kosa kata untuk  bisa diingat dalam memori. Penelitian ini dilakukan pada dua kelompok sekolah dasar di Riyadh berdasar pada pelajaran kosa kata dalam buku teks mereka. Mereka dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok satu, yang merupakan kelompok kontrol, diajar dengan cara tradisional, yaitu diberi gambar mati, sementara kelompok eksperimental diajar dalam lingkungan multimedia, menggunakan gambar animasi/gambar hidup. Kemudian diadakan pra tes dan post tes supaya bisa mendapatkan data yang diperlukan. Hasil dari kedua tes itu dianalisa menggunakan Paired Sample T-test. Peneliti berhipotesa bahwa penggunaan multimedia meningkatkan persepsi dan daya ingat terhadap kosa kata Bahasa Inggris lebih banyak daripada penggunaan gambar mati. Penemuan penelitian ini mendukung hipotesa peneliti, yaitu gambar hidup lebih efektif untuk mengajarkan kosa kata yang belum diketahui daripada gambar mati. Rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut diberikan.



Pendahuluan
            Penelitian menunjukkan bahwa tanpa pengetahuan yang mencukupi akan kosa kata yang relevan, siswa mengalami kesulitan mengerjakan tugas kosa kata (Harley, 1996). Harley mencatat bahwa pengetahuan kosa kata sangatlah mendasar bagi perkembangan kemahiran bahasa Inggris. Sementara  banyak peneliti setuju akan pentingnya akuisisi kosa kata Bahasa Inggris dalam pencapaian akademis dan kemahiran bahasa Inggris, Ide para peneliti tentang bagaimana  kosa kata Bahasa Inggris seharusnya dipelajarai sangatlah beragam. Penelitian ini bertujuan menentukan keefektifitasan menggunakan penjelasan singkat dari multimedia termasuk animasi dalam akuisisi kosa kata Bahasa Inggris.
            Salah satu faktor yang penting ialah kebutuhan akan metoda pedagogis yang efektif untuk mengajar kosa kata Bahasa Inggris. Metoda pedagogis tradisional untuk akuisisi kosa kata Bahasa Inggris termasuk daftar kata, penggunaan kamus, Lembar Kerja Siswa, materi buatan guru, diskusi kelompok, dan visual seperti gambar mati dan obyek nyata. Namun, pengembangkan metoda pedagogis efektif untuk akuisisi  kosa kata Bahasa Inggris terus diperhatiakan dan dijajaki (Ihenacho, 1997).
            Satu pedagogi yang menarik banyak peneliti adalah computer-assisted language learning (CALL). Banyak praktisi telah menyatakan bahwa tekhnologi ini memiliki potensi untuk digunakan dalam pembelajaran bahasa. Walaupun bidang ini terbilang masih baru, banyak guru Bahasa Inggris dan praktisi sedang menguji penggunaannya sebagai komponen pentig dalam pengajaran Bahasa Inggris. Salah satu penggunaan potensial dari CALL yang telah banyak diperhatikan selama beberapa tahun berlalu ialah bagaimana menggunakan multimedia dalam proses belajar mengajar Bahasa Inggris. Multimedia dalam lingkungan komputer menyiratkan kombinasi dari berbagai media teks, video, audio  dan  gambar2 atau kombinasi dari dua hal tersebut. Minat telah dipersempit menjadi penelitian dampak menyajikan informasi melalui banyak modalitas di bidang Pembelajaran Bahasa Inggris. Lagipula, efek dari penjelasan makna sebuah kata melalui anotasi multimedia telah banyak diperhatikan.
1. Tinjauan Pustaka
Survei pustaka yang bertujuan untuk mengetahui dampak dan efek dari anotasi multimedia dalam akuisisi kosa kata Bahasa Inggris akan dibahas di sini. Tinjauan ini berfokus pada dua hal. Pertama, tinjauan ini akan mempertimbangkan para peneliti yang berurusan dengan akuisisi kosa kata Bahasa Inggris. Kedua, tinjauan  ini akan berfokus pada penelitian yang berkaitan dengan efek anotasi multimedia pada akuisisi kosa kata Bahasa Inggris. Teori yang terkait juga akan disajikan di sini.
A. Akuisisi Kosa Kata Bahasa Inggris
            Kosa kata Bahasa Inggris adalah salah satu media dimana melalui media ini arti, ide, dan perasaan bisa disampaikan. Kosa kata Bahasa Inggris memiliki perang yang penting dalam belajar dan mengajar bahasa apapun. Mempelajari kosa kata Bahasa Inggris adalah aspek penting dari perkembangan bahasa. Beberapa sarjana menganggap pengetahuan kosa kata Bahasa Inggris sebagai faktor paling penting dalam prestasi akademis untuk pembelajar Bahasa Inggris. Peneliti mengindikasikan bahwa pengetahuan kosa kata Bahasa Inggris sangat berkaitan dengan kecakapan membaca, dan lagipula pengetahuan kosa kata Bahasa Inggris bisa membantu mencapai kesuksesan belajar di sekolah (Tozcui & Coaday, 2004).
            Evans (1978) menunjukkan bahwa kosa kata Bahasa Inggris memiliki peran penting dalam pengembangan empat ketrampilan bahasa: berbicara, mendengar, membaca dan menulis. Dia menyatakan bahwa kosa kata Bahasa Inggris bisa memberikan kejelasan dan  membuat pembicara dapat memperluas bahasa. Lebih jauh dia menunjukan bahwa penggunaan kosa kata Bahasa Inggris yang salah bisa menyebabkan salah tafsir, sementara penggunaan kosa kata Bahasa Inggris yang benar akan mempermudah orang untuk membaca dan menulis dengan baik, memahami pokok pikiran dan berbicara dengan benar (Iheanacho, 1997). Dalam kaitan ini, Allen (1983) menunjukkan bahwa alasan akan pentingnya kosa kata Bahasa Inggris ialah: “melalui penelitian, para sarjana menemukan bahwa masalah leksikal sering mengganggu komunikasi; komunikasi gagal ketika orang tidak menggunakan kata yang benar” (hal.5, Iheanacho, 1997).
            Menurut Knight (1994), akuisisi kosa kata Bahasa Inggris dianggap oleh banyak ahli sebagai masalah utama dalam belajar Bahasa Inggris. Dia menunjukkan bahwa mayoritas siswa yang belajar Bahasa Inggris dan guru mereka menyatakan bahwa kosa kata Bahasa Inggris merupakan prioritas utama. Diakuinya bahwa kosa kata Bahasa Inggris itu penting, maka para peneliti mendorong mencari metoda pedagogis yang efektif untuk mengajar kosa kata Bahasa Inggris yang baru.
            Dalam hal ini, Shrum dan Glisan (1994) memberikan banyak metoda pedagogis untuk mengembangkan ketrampilan kosa kata Bahasa Inggris. Mereka mengungkapkan pandangan bahwa kosa kata Bahasa Inggris yang baru seharusnya diperkenalkan dalam sebuah konteks yang menggunakan kosa kata Bahasa Inggris dan tata bahasa yang sudah dikenal. Agar bisa belajar kosa kata Bahasa Inggris lebih efektif, mereka merekomendasikan penggunaan media visual untuk memperkenalkan kosa kata Bahasa Inggris yang baru (Iheanacho, 1997). Lagipula, Uberman (1998) menunjukkan beberapa tekhnik tradisional yang membantu  guru mengajar kosa kata Bahasa Inggris kepada siswanya. Tekhnik2 ini termasuk penjelasan verbal, kamus, dan tekhnik visual. Dia menunjukkan bahwa tekhnik visual membuat siswa bisa mengingat kosa kata Bahasa Inggris lebih baik. Sutton (1999) menambah tekhnik lain seperti gambar skema, hubungan kata, contoh, anekdot, konteks, peta semantik, akar kata dan imbuhan.
            Ellis (1995) lebih jauh melaporkan bahwa semakin sering siswa terekspos dengan kosa kata Bahasa Inggris baru dengan tujuan memahami dan memproduksi, maka semakin meningkat pula proses leksikal otomatis akan kosa kata Bahasa Inggris oleh siswa.  Menangkap semua arti kata yang diberikan memerlukan pembelajaran sadar bersamaan dengan strategi yang lebih dalam seperti peta semanti dan mengkhayalkan, yang merupakan tekhnik mnemonik yang berkaitan dengan pembelajaran eksplisit. Pengetahuan akan sebuah kata memrulukan pembelajaran sadar tentang ejaannya, ucapannya, dan sifat sintaktiknya dan hubungannya dengan kata lain dalam jaringan semantik. Juga diperlukan menghubungkan bentuk2 ini dengan seperangkat ekstensif acuan visual (Duquette & Renie, 1998). Ulasan ini mendukung pentingnya kosa kata Bahasa Inggris dalam pembelajaran Bahasa Inggris.
B. Efek Anotasi Multimedia Pada Akusisi Kosa Kata Bahasa Inggris
            Pada tahun akhir-akhir ini, semakin banyak penelitian di bidang pembelajaran Bahasa Inggris yang dibantu oleh komputer (CALL) telah menyampaikan masalah efek dari anotasi multimedia terhadap akuisisi kosa kata Bahasa Inggris. Ulasan singkat tentang penelitian ini akan disampaikan di sini.
            Para peneliti telah tertarik menguji efek gambar dan anotasi verbal pada pembelajaran kosa kata Bahasa Inggris, dan telah menemukan bahwa pemrosesan informasi pendukung seperti gambar dan terjemahan meningkatkan pembelajaran Bahasa Inggris. Dalam hal ini, Chun dan Plass (1996) menekankan ide bahwa menghubungkan kosa kata Bahasa Inggris dengan jenis media yang berbeda membantu memperkaya tanda-tanda ingatan dan meningkatkan daya ingat. Mereka menguji dampak anotasi multimedia pada akuisisi kosa kata Bahasa Inggris dan pemahaman teks bacaan menggunakan tes pengenalan dan produksi. Soal-soal tes sejajar degan modalitas dimana didalamnya informasi disajikan. Mereka menemukan bahwa siswa  mengerjakan dua jenis tes itu dengan lebih baik ketika baik anotasi tulisan dan gambar disajikan daripada tidak ada anotasi sama sekali selama membaca. Sebagai tambahan, Jones dan Plass (2002) menemukan bahwa gabungan kedua jenis anotasi tadi memungkinkan lebih daripada satu pengambilan rute ke informasi dalam memori jangka panjang. Mereka melaporkan bahwa siswa yang mengakses baik anotasi tulisan dan gambar ketika mereka mendengarkan multimedia, akan bisa mengerjakan soal tes pengenalan kosa kata Bahasa Inggris tertulis daripada siswa yang hanya mengakses satu anotasi atau tidak ada anotasi sama sekali.
            Mirip dengan itu, Jones (2004) mengadakan dua penelitian untuk meneliti bagaimana anotasi gambar dan tulisan mempengaruhi kinerja siswa terhadap tes kosa kata Bahasa Inggris secara insidental yang mengharuskan siswa untuk baik mengenal maupu mengingat kosa kata Bahasa Inggris secara insidental yang dipelajari dari teks yang didengar, menggunakan soal tes gambar dan tulisan. Subyek dari penelitian ini ialah siswa jurusan Perancis yang mulai berbicara Bahasa Inggris di University of Arkansas pada musih gugur 2001. Materi yang digunakan untuk penelitian adalah empat perlakukan multimedia dengar. Materi itu disajikan kepada siswa menggunakan lab komputer Macintosh 24 stasiun., yang diatur sedemikian rupa sehingga siswa  hanya bisa melihat layar komputernya sendiri-sendiri. Prosedurnya ialah subyek mendengar teks aural yang terdiri dari sejumlah kosa kata Bahasa Inggris termasuk kata kerja, kata benda, kata sifat, dan frase keterangan kerja.Kosa kata itu diseleksi oleh profesor mereka untuk pentingnya memahami teks. Siswa ditugasi secara acak terhadap salah satu kelompok empat multimedia.  Yaitu: satu kelompok kontrol yang tidak menerima anotasi, dan tiga kelompok perlakuan yang menerima anotasi tulisan, gambar, atau baik gambar maupun tulisan ketika mendengarkan. Sebuah pre tes dan post tes digunakan untuk mengamati efek dari ada dan tidaknya anotasi gambar dan tulisan terhadap pembelajaran kosa kata Bahasa Inggris dari teks aural.
            Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kelompok kontrol, yaitu kelompok yang tidak menggunakan anotasi apapun, berkinerja paling jelek pada post tes. Pada post test tertulis produksi kosa kata, subyek yang menggunakan kedua jenis anotasi, atau menggunakan anotasi tertulis sendiri berkinerja lebih baik daripada yang tidak mengakses anotasi tertulis. Pada tes tertunda, kelompok anotasi tertulis lebih memiliki lebih daya ingat kosa kata Bahasa Inggris daripada semua kelompok lainnya, sementara kelompok gambar tidak sangat berbeda dengan kelompok kontrol. Jones (2004) menyatakan bahwa “adanya isyarat visual dan verbal bisa memfasilitasi pembelajaran, khususnya ketika representasi verbal dan visual yang terkait secara berdekatan  ada dalam memori yang bekerja” (hal.123)
            Al-Seghayer (2001) meneliti keefektifan dua mode anotasi yang berbeda dalam lingkungan multimedia: definisi teks cetak dipasangkan dengan gambar mati, dan definisi teks cetak dipasangkan dengan klip video dinamik. Masalah utama dalam penelitiannya adalah menentukan mode gambar yang mada, gambar mati atau video dinamis, yang lebih efektif membantu akuisisi kosa kata Bahasa Inggris. Subyek dari penelitiannya adalah 30 siswa Bahasa Inggris yang mendafar di English Language Institute di Universitas Pittsburgh. Program belajar multimedia yang didesain oleh peneliti digunakan dalam penelitian ini. Program itu memberikan siswa yang membaca teks Inggris naratif dengan berbagai catatan atau anotasi untuk kata itu dalam bentuk teks cetak, grafik, video, dan suara, yang semuanya di maksudkan untuk membantu pemahaman dan pembelajaran kata yang belum diketahui. Tiga variabel diteskan: definisi teks cetak sendiri, definisi teks cetak yang dipasangkan dengan gambar mati, dan definisi cetak yang dipasangkan dengan klip video. Dua jenis tes kosa kata Bahasa Inggris didesain dan diselenggarakan untuk siswa setelah mereka membaca narasi Bahasa Inggris. Tes itu adalah tes pengenalan dan tes produksi. Lagipula, wawancara tatap muka diadakan, dan kuesioner dibagikan.
            Hasil dari penelitian ini menyarankan bahwa clip video digabungkan dengan definisi teks lebih efektif dalam mengajar kosa kata yang belum diketahui daripada gambar yang dikombinasikan dengan definisi teks. Siswa belajar dan mengingat lebih banyk kata ketika  clip video diberikan daripada ketika gambar diberikan. Berbagai isyarat modalitas bisa saling menguatkan dan terhubung bersama dalam cara yang bermakna untuk memberikan pengalaman yang dalam.
            Lagipula, Plass, Chun, Mayer, dan Leutner (1998) menguji efek dari pemilihan anotasi multimedia pada pemahaman dan akuisisi kosa kata Bahasa  dari teks bacaan Bahasa Jerman. Dalam penelitian mereka, siswa bisa memilih melihat terjemahan Inggris dari kata Jerman di layar (anotasi tertulis) atau melihat gambar atau video klip yang merepresentasi kata terpilih (anotasi gambar). Siswa berkinerja paling baik pada tes kosa kata dan daya ingat ketika mereka memilih anotasi tertulis dan gambar sementara membaca teks berdasar komputer ketika mereka mengakses anotasi tertulis itu sendiri, anotasi gambar sendiri atau tidak ada anotasi sama sekali. Oleh karena itu, belajar akan meningkat ketika siswa memilih informasi tertulis dan gambar, mengorganisasi informasi dalam memori yang bekerja, membangun koneksi referensi antara informasi tertulis dan gambar, dan memadukan anotasi dalam meningkatkan pemahaman pembelajar dan akuisisi kosa kata Bahasa Inggris.
                 
            Sebagai tambahan, Coriano (2001) mendukung keefektifitasan anotasi multimedia dalam meningkatkan akuisisi kosa kata  Bahasa Inggris ketika membaca. Dia menemukan bahwa  mahasiswa  Bahasa Inggris di Puerto Rico yang memandang tiga jenis anotasi (konteks, definisi, dan terjemahan) mendapatkan nilai tertinggi dan teringat secara jangka panjang, dan menghasilkan jumlah tertinggi kosa kata sasaran dalam konteks Bahasa Inggris yang terkontrol dan produktif secara bebas, sedangkan kelompok yang tidak menerima anotasi semuanya nilainya paling jelek.
            Kebanyakan dari penelitian ini berfokus pada orang dewasa yang sedang belajar Bahasa Inggris. Berbeda dengan penelitian tadi, Sun dan Dong (2004) mengadakan penelitian untuk meneliti pembelajaran akuisisi kosa kata  Bahasa Inggris pada anak dalam konteks multimedia. Materi belajar yang digunakan sebagai konteks untuk akuisisi kosa kata  Bahasa Inggris ialah bagian dari kartun Disney yang termasuk 29 kalimat Bahasa Inggris. Mereka meneliti dampak dari duka jenis dukungan pembelajaran pada siswa Cina. Satu ialah penterjemahan tingkat kalimat dimana dalam terjemahan itu program komputer menyajikan terjemahan Cina secara lisan setelah setiap kalimat Bahasa Inggris. Yang kedua adalah pemanasan sasaran yang terjadi sebelum anak-anak melihat kartun.
            Sebuah pre-test diadakan untuk menilai apakah anak tahu arti dari kata sasaran dalam kartun yang digunakan dalam studi ini. Terbukti bahwa tak satupun anak mengetahui arti dari beberapa bahasa sasaran. Tiga kondisi belajar didesain untuk menguji dukungan belajar mana yang paling efektif dalam konteks multimedia: tidak ada dukungan, kondisi terjemahan tingkat kalimat dan kombinasi dari terjemahan tingkat kalimat dan  pemanasan. Tiga post test komputer diterapkan segera setelah anak melihat kartun: Tes Pengucapan Kata, Tes Pemahaman Kata, dan Tes Terjemaan Kalimat. Penemuan menunjukkan bahwa belajar akuisisi kosa kata  Bahasa Inggris dalam konteks yang berdasar pada animasi tanpa dukungan belajar tidaklah efisien bagi pemula muda. Lagipula, hasil menunjukkan bahwa dukukungan pembelajaran berupa Penterjemahan Tingkat Kalimat dan Pemanasan ketika diberikan bersama-sama bisa meningkatkan akuisisi kosa kata  Bahasa Inggris (hal.143)
            Lagipula, Wood (2001) meninjau kembali beberapa produk software yang didesain untuk siswa SD yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan leksikal siswa. Dia menemukan bahwa produk yang menekanka penggunaan multimedia berkontribusi paling besar terhadap pembelajaran kosa kata secara dinamis. Dia menyatakan bahwa multimedia mengakomodasi jangkauan gaya belajar dengan cara menawarkan lebih dari satu poin entri kepada anak.
            Peneliti dalam bidang itu berusaha memberikan teori supaya bisa menjelaskan dampak yang berguna dari multimedia dalam meningkatkan pembelajaran bahasa. Under wood (1990) menjelaskan keefektifan multimedia dalam akuisisi kosa kata  Bahasa Inggris. Dia menyatakan bahwa sejak pengguna multimedia mampu memproses media gabungan (teks, suara, dan visual) secara simultan, pendukung  pengajaran multimedia berargumen bahwa meningkatnya input sensorial ada melalui tekhnologi yang disertai dengan  potensi untuk terlibat aktif, dan interaksi dengan input ini memperkirakan bahwa isi (dalam hal ini bahasa Inggris) akan lebih siap terpadu dalam sistem perkembangan siswa dan, oleh karena itu, bisa mengingat kosa kata secara lengkap. Demikian juga, Mayer (1997) menunjukkan bahwa adanya baik gambar dan isyarat verbal bisa memfasilitasi pembelajaran. Dia menyatakan bahwa jika informasi diproses secara kognitif  melalui saluran verbal dan visual, strategi prosesi ganda beranggapan bahwa individu meningkatkan representasi gambar mental dari input grafis dan representasi verbal input linguistik.
            Secara lebih jauh, nilai dan dampak konteks multimedia dalam pembelajaran bahasa bisa dijelaskan oleh dua teori: teori generatif dan teori koding ganda. Mayer (1997) menyajikan teori generatif dari pembelajaran multi media. Teori ini menyatakan bahwa pembelajar Bahasa Kedua memiliki dua sistem verbal secara terpisah (bahasa pertama dan bahasa kedua) dan sistem imajeri. Ini menunjukkan bahwa penterjemahan kosa kata melalui penyajian secara verbal dan visual akan memiliki dampak tambahan pada pembelajaran ketika mereka menghubungkan imajeri dan dua sistem verbal. Kedua,  teori koding ganda dari Piavo (1971) yang menyatakan bahwa memori dan kognisi dilayani oleh dua sistem terpisah; satu sistem khusus untuk informasi verbal, seperti kata tercetak, dan sistem yang lain untuk informasi non verbal, misalnya gambar dan video. Representasi dalam satu sistem bisa mengaktifkan representasi dalam sistem yang lain (disadur dalam Al-Seghayer, 2001)
            Survei  literatur mendukung penggunaan anotasi multimedia untuk meningkatkan akuisisi kosa kata  Bahasa Inggris karena kata dikodekan secara ganda sebagai hasil dari hubungan perujukan yang dibentuk antara sistem visual dan verbal.
            Berdasar pada diskusi sebelumnya, kita mendapati bahwa kebanyakan dari penelitian ini berfokus pada akuisisi kosa kata  Bahasa Inggris di kalangan orang dewasa kecuali untuk penelitian yang dilakukan oleh Sun dan Dong (2004), dan Wood (2001). Sun dan Dong dalam penelitian mereka berfokus pada penterjemahan tingkat kalimat dan pemansan menggunakan animasi kartun. Di lain pihak, penekanan pada penelitian Wood adalah pada penentuan unsur penting dari software kosa kata yang bagus yang digunakan untuk anak. Bagaimanapun juga, penelitian kita berbeda dari penelitian ini, yaitu bahwa penelitan berfokus pada dampak menggunakan penjelasan verbal dan gambar animasi dalam kombinasi sebagai mode multimedia dalam mengajara kosa kata Bahasa Inggris kepada siswa SD.
1.      Definisi Istilah
Multimedia: Multimedia dalam lingkungan komputer menyiratkan sebuah kombinasi berbagai media, teks, video, gambar, dan audio, atau kombinasi dari dua ini, dan mungkin linear atau non linear (Sutton, 1999)
Akuisisi kosa kata  Bahasa Inggris: segala kegiatan belajar yang dilakukan siswa dengan tujuan mendapatkan kosa kata Bahasa Inggris baru (Groot, 2000)
Gambar Animasi: gambar, termasuk teks, yang ditayangkan pada monitor komputer dengan ilusi gerakan dalam ruang (Rieber 1990, disadur dalam Iheanacho, 1997)
2.      Tujuan dari Studi ini
Penelitian ini berusaha meneliti keefektifan multimedia dalam mengembangkan akuisisi kosa kata  Bahasa Inggris. Penelitian ini akan membandingkan antara keefektifan penggunaan gambar mati dan penggunaan animasi dalam konteks multimedia untuk mengajar kosa kata Bahasa Inggris kepada siswa SD. Skopa dari penelitian ini akan berada dalam pembelajaran kosa kata. Kami mengadopsi definisi Groot tentang  pembelajaran kosa kata, yang ia gunakan untuk merujuk pada setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa dengan tujuan mendapat pengetahuan baru” (2000:62). Penelitian kami bertujuan untuk menjawab pertanyaan di bawah ini:
Mana yang lebih efektif untuk memfasilitasi akuisisi kosa kata  Bahasa Inggris: animasi multimedia atau gambar mati?
      Dengan mempertimbangkan pertanyaan di atas, dan berdasar pada penelitian sebelumnya yang membuktikan efek positif multimedia pada akuisisi kosa kata  Bahasa Inggris, kami memformulasikan hipotesa sebagai berikut:
Kedua kelompok akan mendapatkan kosa kata yang diajarkan, tetapi kelompok eksperimemtal akan mendapatkan akuisisi kosa kata  Bahasa Inggris lebih baik dan daya ingat akan kosa kata yang lebih lama daripada kelompok kontrol.
3.      Metodologi
a. Partisipan
            Partisipan ialah siswa SD peremlpuan di Saudi di Sekolah Al-Rowad di Riyadh. Mereka semua kelas enam, umur antara 11-12. Siswa dari penelitain kuasi eksperimental ini masuk dalam kelompok murni tak tersentuh, mereka tidak terseleksi secara acak. Mereka adalah siswa kelas yang ada pada waktu itu. Kelompok kontrol terdiri dari 24 siswa. Kelompok ini diajarkan dalam cara tradisional dengan cara mengguunakan gambar mati dari kosa kata. Di lain pihak, kelompok eksperimental terdiri dari 18 siswa. Kelompok imi diajarkan melalui penggunaan penyajian power point dari kosa kata.
B. Materi
            Pelajaran yang telah diajarkan dipilih dari supervisor Jurusan Bahasa Inggris. Diambil dari buku teks khusus  New English Parade 6, yang digunakan di sekolah. Judul pelajarannya adalah Adventure  dan termasuk sejumlah kosa kata baru yang berhubungan dengan konsep itu sendiri. Peneliti memilih sembilan kata utnu disajikan dalam subyek. Kata yang sama telah diajarkan pada kedua kelompok (lihat lampiran A)
            Sebelum menyampaikan pelajaran, sebua pre tes telah dilakukan untuk mengecek tingkat pengetahuan siswa akan kata-kata baru. Pre tes ini dilakukan oleh guru siswa itu sendiri dua hari sebelum melakukan penelitian. Ini termasuk kelompok gambar dan kata sasaran yang harus dijodohkan oleh siswa dengan gambar yang cocok. Tes ini terdiri dari delapan kosa kata, kemudian diskor dari delapan (Lihat Lampiran B).
            Pelajaran diberikan pada hari yang sama untuk dua kelompok. Kelompok kontrol mendapat pelajaran pada kelas biasa, sementara  kelompok eksperimental mendapat pelajaran dalam laboratorium bahasa di sekolah. Perbedaan lingkungan ini menciptakan perbedaan dalam tingkat kesenangan dan semangat di antara siswa dari dua kelompok. Kelompok eksperimental ditemukan lebih senang selama pelajaran, dan ini dicerminkan dalam nilai mereka, juga. Kedua kelompok telah diajarkan oleh guru yang sama (peneliti). Ini dilakukan secara sadar agar bisa mengkontrol satu variabel.
            Presentasi power point telah didesain oleh peneliti sendiri. Ini termasuk sejumlah slilde, setiap slide mengandung satu kata dan sejumlah gambar animasi yang merepresentasikanya. Pertama siswa melihat gambar kemudian kata baru dimunculkan untuk mereka. Gambar yang sama yang digunakan disini telah dicetak pada hard copy dan digunkan untuk mengajar kelompok kontrol (lihat Lampiran C)
            Setelah menyajikan pelajaran , post tes diadakan segera pada bagian yang sma. Ini diterapkan untuk kedua keompok dan dilakukan dengan cara itu dikarenakan tidak adanya waktu, karena melakukan penelitian di hari lain memerlukan kunjungan lagi ke sekolah, yang agak sulit. Post tes termasuk daftar gambar dan daftar lain dari kosa kata baru. Siswa harus menjodohkan setiap gambar dengan kata yang cocok yang mewakilinya. Tes ini juga termasuk delapan kosa kata dan dinilai dari delapan (lihat Lampiran D)
            Variabel dalam penelitian ini ialah akuisisi kosa kata Bahasa Inggris. Latihan soal   dalam kedua tes merupakan sama jenisnya dimana siswa diminta untuk menjodohkan kata dengan gambar yang benar. Bagaimanapun, ada sedikit perbedaan antara dua tes mengenai gambar yang digunakan dan urutannya.
C. Prosedur
            Pengaturan untuk mengadakan penelitian didiskusikan oleh peneliti dengan supervisor Jurusan Bahasa Inggris dua minggu sebelum mengadakan penelitian. Berdasarkan itu, pre tes diadakan oleh guru siswa sendiri sebelum mengadakan penelitian. Pelajaran yang mengandung kata sasaran diberikan untuk dua kelompok pada hari yang sama. Durasi setiap pelajaran empat puluh menit. Kelompok kontrol menerima pengajaran menggunakan flashcard dengan gambar mati pada satu sisi,dan kata pada sisi lain. Di pihak lain, kelompok eksperimental diajari pelajaran dalam lab bahasa. Disana, peneliti menggunakan lap top dan projektor untuk menunjukkan animasi kata baru. Pada akhir pelajaran, setiap kelompok diberikan post tes untuk dijawab.
D. Analisa
            Data dikumpulkan melalui pre dan post tes untuk bisa menjawab pertanyaan peneliti. Hasil dari kedua tes ini dianalisa menggunakan program SPSS. Pertama, data pre test untuk setiap kelompok disisipkan dan dianalisa secara terpisah agar supaya nsia menemukan rerata dan simpangan baku dari skor setiap kelompok. Prosedur yang sama diikuti dengan skor post tes setiap kelompok. Paired sample t-test diterapkan untuk melihat apakah ada perbedaan signifikan dalam akuisisi kosa kata Bahasa Inggris antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimental. Hipotesa diuji pada tingkat signifikasi 0.5
4.      Hasil
Penelitian terkini diadakan untuk menentukan efektifitas multimedia dalam meningkatkan akuisisi kosa kata Bahasa Inggris di antara siswa SD di sekolah swasta di kota Riyadh. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan:
Mana yang lebih efektfi  utuk memfasilitasi akuisisi kosa kata Bahasa Inggris: multimedia atau gambar mati?
            Seperti yang dijelaskan sebelumnya, penelitian kami dilakukan di SD swasta, dan subyek penelitian adalah 42 siswa perempuan. Pelajaran kosa kata diberikan di salah satu jam sekolah. Kelompok  kontrol menerima pengajaran menggunakan metoda konvensional, misalnya penjelasan verbal dan flashcard yang merepresentasi kosa kata baru. Di pihak lain, kelompok eksperimental menerima pengajaran dengan menggunakan presentasi power point dan proyektor.
            Pre dan post test yang meliputi pengenalan kosa kata diadakan untuk semua subyek penelitian dari sampel sebelum dan sesudah eksperimen. Sejumlah t test kemudian diterapkan untuk rerata pre dan post tes dari kedua kelompok untuk mengetahui apakah perbedaan antara keduanya secara statistik signifikan.
            Seperti yang ditunjukkan dalam tabel (1, 2, 3, & 4) di bawah, skor rerata dari pembelajaran pre tes untuk kelompok eksperimental adalah 2.11. Rerata naik menjadi 5.888 dalam post tes kosa kata. Di pihak lain, skor rerata dari pre tes pembelajaran kosa kata untuk kelompok kontrol adalah 2.333 dan naik menjadi 4.54 dalam post test.
Table 1. Descriptive statistics (pre-test of the control group)


N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Pretest
24
.00
8.00
2.3333
2.23931
Valid N (listwise)
24





                                                               

Table 2. Descriptive Statistics (post-test of the control group)


N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Post
24
2.00
8.00
4.5417
1.64129
Valid N (listwise)
24






Table 3. Descriptive statistics (pre-test of the experimental group)


N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Pretest
18
.00
8.00
2.1111
2.96824
Valid N (listwise)
18





                                                               

Table 4. Descriptive Statistics (post-test of the experimental group)


N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Posttest
18
2.00
8.00
5.8889
1.90630
Valid N (listwise)
18











A. Hasil Analisa Statistik Pre dan Post dalan Akuisisi Kosa Kata Bahasa Inggris
            Untuk menjawab pertanyaan penelitian ini (Apakah multimedia efisien dalam meningkatkan Akuisisi Kosa Kata Bahasa Inggris pada siswa di SD Swasta di Riyadh), juga untuk menguji hipotesa penelitian (bahwa ada signifikasi perbedaan antara Akuisisi Kosa Kata Bahasa Inggris antara kelompok eksperimental dan kelompok kontrol), t test diterapkan untuk skor kedua kelompok untuk menentukan perbedaan.
            Pertama, untuk menentukan persamaan awal antara dua kelompok sebelum aplikasi percobaan itu, t tes di aplikasikan pada skor rerata dua kelompok pada pre tes kosa kata.
on the vocabulary pre-test. See table (5).
Table 5. Pre-test of the two groups (Paired Samples Statistics)
                                               
                                                    One-Sample Test

 

     


Test Value = 0
T
df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
95% Confidence Interval of the Difference
Lower
Upper
Pretest
5.970
41
.000
2.38095
1.5755
3.1864


            Analisa hasil dari pre test mengungkapkan bahwa sementara rerata skor dari kelompok eksperimental dalan pembeljaran kosa kata adalah 2.111, rerata skor dari kelompok kontrol adalah 2.333 dan t =5.9 (p>0.05) yang secara statistik signifikan pada tingkat kepercayaan 0.5. Dengan kata lain, terbukti tidak ada perbedaan signifikan antara dua kelompok sebelum dimulainya percobaan.
            Kedua, t test diterapkan pada seluruh skor dari dua kelompok pada post tes kosa kata . Lihan tabel (6)
Table 6. Post-test for both groups (Paired-Sample Statistics)
One-Sample Test

 

     


Test Value = 0
T
df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
95% Confidence Interval of the Difference
Lower
Upper
post
18.224
41
.000
5.14286
4.5729
5.7128


Analisa mengungkapkan bahwa sementara rerata kelompok eksperimental adalah 5.888, skor rerata kelompok kontrol 4.54. Ini juga mengungkapakan bahwa t=6.85, yang secara statistik signifikan (p<0.1) tingkat kepercayaan. Lihat Tabel (7)
Table 7.  Paired Samples Test (Both tests)

Paired Differences
T
df
Sig. (2-tailed)

Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the Difference







Lower
Upper



Pair 1
Pretest – post
-2.76190
2.61151
.40296
-3.57571
-1.94810
-6.854
41
.000

Maka, dukungan yang didapat untuk hipotesa penelitian seperti yang ditunjukkan hasi ini jelas bahwa penggunaan multimedia meningkatkan akuisisi kosa kata Bahasa Inggris dari subyek eksperimental

5.      Diskusi Hasil
Tinjauan hasil di Tabel (1, 2, 3, 4, 5 ,6, & 7) memberikan jawaban positif terhadap pertanyaan penelitian : Apakah multimedia efisien dalam meningkatkan akuisisi kosa kata Bahasa Inggris di antara siswa perempuan SD di Riyadh? Pada waktu yang sama, ini menegaskan hipotesa yang dinyatakan: Ada perbedaan signifikan antara skor rerata siswa yang menerima pembelajaran kosa kata melalui multimedia dan siswa yang menerima pembelajaran kosa kata melalui metoda konvesional.
      Sementara mendiskusikan hasil ini, ini akan relevan pada beberapa masalah penting yang dijelaskan dalam bahasan literatur. Pertama, menurut Underwood (1990) yang menyatkan bahwa penggunaan multimedia membuat siswa mampu mengingat kosa kata yang dipelajari lebih lengkap, anggapannya terbukti disepanjang eksperimen di mana siswa yang menerima pengajaran multi media mendapat hasil skor lebih tinggi dalan pos tes daripada yang tidak.
       Lagipula, pengamatan informal selama eksperimen secara konsisten menunjukkan bahwa kelompok multimedia lebih termotivasi daripada kelompok kontrol. Mereka mendemonstrasika kesukaan dan minat yang lebih dalam belajar.
      Kedua, Mayer (1997) mengindikasi tentang adanya isyarat gambar dan verbal dalan pengajaran bahasa  dan keefektifitasannya dalan proses kognitif  juga terlihat di hasil eksperimen kami. Subyek dari kelompok eksperimental menunjukkan pemrosesan kognitif input linguistik, misal, kosa kata baru, daripada subyek dari kelompok kontrol.
      Ketiga, penemuan Plass, Chum, Mayer, dan Leutner (1998) mendukung penggunaan anotasi multimedia dalam meningkatkan pemahaman siswa dan akuisisi kosa kata Bahasa Inggris. Dalam penelitian kami, anggapan ini didukung oleh hasil dari hasil kelompok eksperimental. Mereka menunjukkan akuisisi lebih baik akan kosa kata baru daripada kelompok yang tidak terekspos pada anotasi multimedia.
      Akhirnya, dinyatakan oleh Wood (2001) bahwa ketika animasi dikombinasi dengan penjelasan informatif dan menarik, potensi untuk pembelajaran kata sangat meningkat juga pemrosesan mendalam akan kosa kata baru ini. Hasil dari penelitian terbaru membuktikan pernyataan Wood. Kelompok eksperimental lebih mengungguli kinerjanya daripada kelompok kontrol. Ini berarti bahwa animasi benar-benar berdampak positif terhadap daya ingat kosa kata baru.
6.      Kesimpulan
Penelitian ini mengeksplorasi keefektifan multimedia pada pembelajaran kosa kata baru bagi siswa perempuan di kelas enam SD di Riyadh. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa gambar animasi lebih efektif dalan menjarkan kosa kata baru daripada gambar mati. Partisipan belajar dan mengingat lebih baik kata ketiak menggunakan animasi. Di antara faktor yang mungkin yang bisa menjelaskan hasil ini adalah bahwa animasi meningkatkan rasa ingin tahu siswa yang secara positif mempengaruhi daya ingat kosa kata yang diberikan. Ini jelas dari pengamatan peneliti sendiri tentang interaksi siswa selama pelajaran dan juga dicerminkan dalam hasil.
7.      Rekomendasi
Prosedur dan hasil penelitian menerangi sejumlah masalah yang bisa digunakan untuk rekomendasi di masa mendatang. Rekomendasi yang diberikan bertujuan mengatasi keterbatasan penelitian. Pertama, replikasi dari penelitian ini dengan jumlah partisipan yang lebih besar diperlukan supaya bisa mendapatkan hasil yang handal dan bisa digeneralisasikan, karena ukuran kecil sampel (N=42) meragukan pada validitas signifikasi yang diamati. Kedua, peneliti percaya bahwa hasil dari penelitian tidak benar-benar membuktikan asumsi karena pendeknya waktu selama penelitian. Maka, mereka menyaranka melakukan penelitian yang sama dengan waktu yang panjag. Misal satu semester, supaya bisa mencapai hasil yang andal. Ketiga, studi ini hanya menguji kemampuan pengenalan siswa, yang dilakukan dengan tujuan pembatasan waktu. Maka, studi di masa depan diperlukan untuk menunjukkan efek multimedia pada pengenalan anak juga produksi kosa kata. Dengan demikian, disarankan agar mengadakan pos tes lain setelah waktu yang lebih lama untuk mengukur daya ingat jangka panjang.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar