MOVIES DAN PRINT SCREEN SEBAGAI UPAYA
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS
Ditulis Oleh:
Christiawan Widhi Nugroho
Program Magister Manajemen Pendidikan
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga 50711
email: chrisiawann75@gmail.com
Absrak
Absrak
Penelitaian ini bertujuan
menguji efek dari metoda cerama dan
metoda multimedia mengguanakan movies dan
printscreen terhadap hasil belajar
Bahasa Inggris. Peneliti berusaha mencari tahu model pembelajaran yang mana
yang lebih efektif dalam meningkatkan akuisisi kosa kata untuk bisa diingat dalam memori. Penelitian ini
dilakukan di SMK Negeri 2 Salatiga berdasar pada
pelajaran kosa kata dalam buku teks mereka. Mereka dibagi menjadi dua kelompok.
Kelompok satu, yang merupakan kelompok kontrol, diajar dengan cara tradisional,
yaitu diberi ceramah, sementara kelompok
eksperimental diajar dalam lingkungan multimedia, menggunakan gambar animasi/gambar
hidup. Kemudian diadakan pra tes dan post tes supaya bisa mendapatkan data yang
diperlukan. Hasil dari kedua tes itu dianalisa menggunakan Paired Sample T-test. Peneliti berhipotesa bahwa penggunaan
multimedia meningkatkan persepsi dan daya ingat terhadap kosa kata Bahasa
Inggris lebih banyak daripada penggunaan gambar mati. Penemuan penelitian ini
mendukung hipotesa peneliti, yaitu gambar hidup lebih efektif daripada pengajaran menggunakan ceramah.
PENDAHULUAN
Berdasarkan
pengalaman mengajar di SMK N2 Salatiga, penulis menemukan masalah yang muncul
akibat kurangnya kegiatan
siswa dan hasil belajar siswa dalam
mendeskripsikan karakter benda dan orang
dalam Bahasa Inggris. Kompetensi dasar yang
harus dicapai iala pengetahuan akan kosa kata untu mendeskripsikan. Penelitian menunjukkan bahwa tanpa
pengetahuan yang mencukupi akan kosa kata yang relevan, siswa mengalami
kesulitan mengerjakan tugas kosa kata (Harley, 1996). Harley mencatat bahwa
pengetahuan kosa kata sangatlah mendasar bagi perkembangan kemahiran bahasa
Inggris. Salah satu faktor yang
penting ialah kebutuhan akan metoda pedagogis yang efektif untuk mengajar kosa
kata Bahasa Inggris. Metoda pedagogis tradisional untuk akuisisi kosa kata
Bahasa Inggris termasuk daftar kata, penggunaan kamus, Lembar Kerja Siswa,
materi buatan guru, diskusi kelompok, dan visual seperti gambar mati dan obyek
nyata. Namun, pengembangkan metoda pedagogis efektif untuk akuisisi kosa kata Bahasa Inggris terus diperhatiakan
dan dijajaki (Ihenacho, 1997).Selama ini guru masih sering menggunakan metode
konvensional tradisional, disamping itu biasanya guru menggunakan teknik ceramah
dan hanya menjelaskan materi dengan media white board dan spidol. Berkenaan dengan hal tersebut
rasanya tidak sesuai jika pembelajaran pendeskripsian orang dan benda hanya
menggunakan metode ceramah, hal itu berdampak pada menurunnya motivasi siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran. Satu pedagogi yang menarik
banyak peneliti adalah computer-assisted
language learning (CALL). Banyak praktisi telah menyatakan bahwa tekhnologi
ini memiliki potensi untuk digunakan dalam pembelajaran bahasa. Walaupun bidang
ini terbilang masih baru, banyak guru Bahasa Inggris dan praktisi sedang
menguji penggunaannya sebagai komponen penting dalam pengajaran Bahasa Inggris.
Salah satu penggunaan potensial dari CALL yang telah banyak diperhatikan selama
beberapa tahun berlalu ialah bagaimana menggunakan multimedia dalam proses
belajar mengajar Bahasa Inggris. Multimedia dalam lingkungan komputer
menyiratkan kombinasi dari berbagai media teks, video diputar
dengan DVD player, sehingga bisa ditampilkan subtitle, supaya siswa bisa
menyerap kosa kata berdasarkan konteks, biasanya disampaikan di Laboratorium
Bahasa yang dilengakapi dengan LCD dan screennya, PC dan peralatan audio visual. Sedangkan kegiatan printscreen adalah kegiatan mencetak tampilan di desktop ke dalam RAM dan
kemudian ditampilkan kembali ke dalam word processor, sehingga bisa di
deskripsikan dengan pengolah kata tersebut .
METODOLOGI
a. Partisipan
Partisipan ialah siswa SMK Negeri 2 Salatiga. Mereka
semua kelas satu, umur antara 14-15 tahun. Siswa dari penelitain kuasi
eksperimental ini masuk dalam kelompok murni tak tersentuh, mereka tidak
terseleksi secara acak. Mereka adalah siswa kelas yang ada pada waktu itu.
Kelompok kontrol dan kelompok eksperimental adalah siswa yang sama terdiri dari 32
siswa. Kelompok ini diajarkan dalam cara tradisional dengan cara ceramah dan cara menggunakan mulitmedia movies and
printscreen
b. Materi
Pelajaran yang telah diajarkan dipilih dari
supervisor Jurusan Bahasa Inggris. Diambil dari buku teks khusus English
for SMK, yang digunakan di sekolah. Judul pelajarannya adalah Describing dan termasuk sejumlah kosa kata baru yang
berhubungan dengan konsep itu sendiri. Peneliti memilih sembilan kata untuk
disajikan dalam subyek. Kata yang sama telah diajarkan pada kedua kelompok.
Setelah
menyampaikan pelajaran dengan cara tradisional ,
sebua pre tes telah dilakukan untuk mengecek tingkat pengetahuan siswa akan
kata-kata baru. Pre tes ini dilakukan oleh guru
dua hari sebelum melakukan penelitian. Ini termasuk kata adjective dan kata padanan Bahasa Indonesai yang harus dijodohkan oleh siswa. Tes ini terdiri
dari sepuluh kosa kata, kemudian diskor dari sepuluh.
Kelompok kontrol mendapat pelajaran pada kelas
biasa, sementara kelompok eksperimental
mendapat pelajaran dalam laboratorium bahasa di sekolah. Perbedaan lingkungan
ini menciptakan perbedaan dalam tingkat kesenangan dan semangat di antara siswa
dari dua kelompok. Kelompok eksperimental ditemukan lebih senang selama
pelajaran, dan ini dicerminkan dalam nilai mereka, juga. Kedua kelompok telah
diajarkan oleh guru yang sama (peneliti). Ini dilakukan secara sadar agar bisa
mengkontrol satu variabel.
Presentasi movies
telah didesain oleh peneliti sendiri. Ini termasuk sejumlah clip, video dilengkapi dengan caption sehingga siswa bisa mengetahui makna kata
yang diucapkan aktor. .
Setelah menyajikan pelajaran, post tes
diadakan segera pada bagian yang sama. Post tes termasuk daftar gambar dan
daftar lain dari kosa kata baru. Siswa harus menjodohkan setiap gambar dengan
kata yang cocok yang mewakilinya. Tes ini juga termasuk sepuluh kosa kata dan dinilai dari sepuluh.
Variabel dalam penelitian ini ialah hasil belajar. Latihan soal
dalam kedua tes merupakan sama jenisnya dimana siswa diminta untuk menjodohkan
kata dengan gambar yang benar. Bagaimanapun, ada sedikit perbedaan antara dua
tes mengenai gambar yang digunakan dan urutannya.
C. Prosedur
Pengaturan untuk mengadakan penelitian
didesain oleh peneliti sebelum
mengadakan penelitian. Berdasarkan itu, pre tes diadakan oleh peneliti sendiri
sebelum mengadakan penelitian. Pelajaran yang mengandung kata sasaran diberikan
pada siswa pada hari yang sama. Durasi setiap pelajaran empat
puluh menit. Kelompok kontrol menerima pengajaran menggunakan cara tradisional pada satu sisi,dan kata pada sisi lain. Di pihak
lain, kelompok eksperimental diajari pelajaran dalam lab bahasa. Disana,
peneliti menggunakan lap top dan projektor untuk menunjukkan animasi kata baru.
Pada akhir pelajaran, setiap kelompok diberikan post tes untuk dijawab.
d. ANALISA
Data dikumpulkan melalui pre dan post tes untuk
bisa menjawab pertanyaan peneliti. Hasil dari kedua tes ini dianalisa
menggunakan program SPSS 17. Pertama, data pre
test untuk setiap kelompok disisipkan dan dianalisa secara terpisah agar supaya
bisa menemukan rerata dan simpangan baku dari skor setiap kelompok. Prosedur
yang sama diikuti dengan skor post tes setiap kelompok. Paired sample t-test
diterapkan untuk melihat apakah ada perbedaan signifikan dalam hasil belajar Bahasa Inggris antara kelompok kontrol dan kelompok
eksperimental. Hipotesa diuji pada tingkat signifikasi 0.5.
HASIL
Penelitian terkini diadakan untuk menentukan
efektifitas multimedia dalam meningkatkan hasil belajar Bahasa Inggris di antara siswa SMK Negeri 2 Salatiga. Penelitian ini
dilakukan untuk menjawab pertanyaan:
Mana yang lebih efektfi utuk memfasilitasi akuisisi kosa kata Bahasa
Inggris: multimedia atau ceramah?
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, penelitian
kami dilakukan di SMK Negeri, dan subyek penelitian adalah 32 siswa. Pelajaran kosa kata diberikan di salah satu
jam sekolah. Kelompok kontrol menerima
pengajaran menggunakan metoda konvensional, misalnya penjelasan verbal dan
flashcard yang merepresentasi kosa kata baru. Di pihak lain, kelompok
eksperimental menerima pengajaran dengan menggunakan presentasi movies dan proyektor.
Pre dan post test yang meliputi pengenalan
kosa kata diadakan untuk semua subyek penelitian dari sampel sebelum dan
sesudah eksperimen. Sejumlah t test kemudian diterapkan untuk rerata pre dan
post tes dari kedua kelompok untuk mengetahui apakah perbedaan antara keduanya
secara statistik signifikan.
Seperti yang ditunjukkan dalam tabel di bawah, skor rerata dari pembelajaran pre
tes untuk kelompok kontrol adalah 80.69. Untuk kelompok eksperimental rerata naik menjadi 86.56 dalam post tes kosa kata.
STATISTIK
DAN PEMBAHASAN
Nilai Pre-test (Nilai Sebelum Tindakan)
Tabel 1
|
|||||
Distribusi Frekuensi Pre Test
|
|||||
X
|
F
|
Persen
|
X*F
|
Kumulatif F
|
Kumulatif %
|
66
|
3
|
4.69%
|
198
|
3
|
9.38%
|
77
|
18
|
28.13%
|
1386
|
21
|
65.63%
|
88
|
10
|
15.63%
|
880
|
31
|
96.88%
|
99
|
1
|
1.56%
|
99
|
32
|
100.00%
|
Total
|
32
|
Dari tabel 1,
yaitu tentang frekuensi Pre-test, bisa diketahui bahwa jumlah anak yang
mendapatkan nilai 66 sebanyak 3 orang, 4.69% dari jumlah siswa. Ada 18 siswa
mendapatkan nilai 77, berarti yang mendapat nilai 77 sebesar 28.13 persen.
15.63% siswa mendapat nilai 88 karena ada 10 siswa yang mendapatkan nilai ini.
Hanya ada 1 orang yang mendapat nilai 99, yang berarti sejumlah 1.56
Tabel 2
Statistik Pre Test
|
|
Rata-Rata
|
80.09
|
Standar
Deviasi
|
7.51
|
Ukuran
Sample
|
32.00
|
Konfdens
|
1.96
|
margin
of error
|
2.60
|
Batas
Atas
|
82.70
|
Batas
Bawah
|
77.49
|
Nilai
Tertinggi
|
99.00
|
Nilai
Terendah
|
66.00
|
Range
|
33.00
|
Median
|
77
|
Mode
|
77
|
Dari tabel 2,
yaitu tabel statistik Pre test, diketahui bahwa Rata-rata nilai siswa sebesar 80.9,
Standar deviasi 7.51, ukuran sample 32, dan konfidensi sebesar 1.96. Margin
error sebesar 2.6, Dengan demikian Batas Atas bisa diketahui dengan menerapkan
rumus: Margin error ditambah rata-rata. Rumus margin error adalah 1.96
(konfidensi) dikalikan standar deviasi dibagi akar dari ukuran sample.
Nilai Setelah Tindakan (Post-test1)
Tabel 4
|
|||||
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Post Test
|
|||||
|
|
|
|
|
|
X
|
F
|
Persen
|
X*F
|
Kumulatif F
|
Kumulatif %
|
70
|
1
|
3.13%
|
70
|
1
|
3.13%
|
80
|
13
|
40.63%
|
1040
|
14
|
43.75%
|
90
|
14
|
43.75%
|
1260
|
28
|
87.50%
|
100
|
4
|
12.50%
|
400
|
32
|
100.00%
|
Total
|
32
|
|
|
|
|
Tabel 5
Statistik Post Test
|
|
Rata-Rata
|
86.56
|
Standar Deviasi
|
7.45
|
Ukuran Sample
|
32.00
|
Konfdens
|
1.96
|
margin of error
|
2.58
|
Batas Atas
|
89.14
|
Batas Bawah
|
83.98
|
Nilai Tertinggi
|
100.00
|
Nilai Terendah
|
70.00
|
Range
|
30.00
|
Median
|
90
|
Mode
|
90
|
Nilai T-test
Tabel 7
Paired Samples
Statistics
|
|||||
|
|
Mean
|
N
|
Std. Deviation
|
Std. Error Mean
|
Pair 1
|
Pre
|
80.0938
|
32
|
7.51497
|
1.32847
|
Post1
|
86.5625
|
32
|
7.45281
|
1.31748
|
Dari 32 subjek yang diamati terlihat bahwa rata-rata (mean) pre test sebelum intervensi Movies&PrintScreen adalah 80.09, dan rata-rata hasil belajar sesudah
intervensi adalah 86.5. Uji ‘t’
yang dilakukan terlihat pada tabel berikut:
Tabel 8
Paired Samples
Test
|
||||||||||
|
|
Paired
Differences
|
t
|
df
|
Sig. (2-tailed)
|
|||||
|
|
Mean
|
Std. Deviation
|
Std. Error Mean
|
95% Confidence
Interval of the Difference
|
|||||
|
|
Lower
|
Upper
|
|||||||
|
Pair 1
Pre-Post
|
-6.46875
|
9.85699
|
1.74249
|
-10.02257
|
-2.91493
|
-3.712
|
31
|
.001
|
|
Dari hasil uji-t berpasangan
tersebut terlihat bahwa rata-rata perbedaan antara Pre Test dengan Post test adalah
sebesar -6.468. Artinya ada kenaikan hasil belajar sesudah
intervensi dengan rata-rata kenaikan sebesar 6.468.
Hasil perhitungan nilai “t” adalah sebesar -3.712 dengan p-value 0.000 dapat ditulis 0,001 (uji 2-arah). Hal ini berarti kita menolak Ho dan menyimpulkan bahwa secara statistik ada perbedaan yang bermakna antara rata-rata hasil belajar sebelum dengan sudah intervensi.
Dari hasil di atas kita bisa menilai bahwa perlakuan movies dan printscreen tersebut berhasil meningkatkan hasil belajar.
Hasil perhitungan nilai “t” adalah sebesar -3.712 dengan p-value 0.000 dapat ditulis 0,001 (uji 2-arah). Hal ini berarti kita menolak Ho dan menyimpulkan bahwa secara statistik ada perbedaan yang bermakna antara rata-rata hasil belajar sebelum dengan sudah intervensi.
Dari hasil di atas kita bisa menilai bahwa perlakuan movies dan printscreen tersebut berhasil meningkatkan hasil belajar.
DISKUSI HASIL
Tinjauan hasil
di Tabel (1, 2, 3, 4, 5 ,6, 7, 8) memberikan jawaban positif terhadap pertanyaan penelitian
: Apakah multimedia dalam hal ini movies
efisien dalam meningkatkan hasil belajar Bahasa
Inggris di antara siswa SMK N2 di Salatiga? Pada waktu yang sama, ini
menegaskan hipotesa yang dinyatakan: Ada perbedaan signifikan antara skor
rerata siswa yang menerima pembelajaran kosa kata melalui multimedia dan siswa
yang menerima pembelajaran kosa kata melalui metoda konvesional.
Sementara mendiskusikan hasil ini, ini akan
relevan pada beberapa masalah penting yang dijelaskan dalam bahasan literatur.
Pertama, menurut Underwood (1990) yang menyatkan bahwa penggunaan multimedia
membuat siswa mampu mengingat kosa kata yang dipelajari lebih lengkap,
anggapannya terbukti disepanjang eksperimen di mana siswa yang menerima
pengajaran multi media mendapat hasil skor lebih tinggi dalan pos tes daripada
yang tidak.
Lagipula, pengamatan informal selama
eksperimen secara konsisten menunjukkan bahwa kelompok multimedia lebih
termotivasi daripada kelompok kontrol. Mereka mendemonstrasikan kesukaan dan minat yang lebih dalam belajar.
Kedua, Mayer (1997) mengindikasi tentang
adanya isyarat gambar dan verbal dalan pengajaran bahasa dan keefektifitasannya dalan proses
kognitif juga terlihat di hasil
eksperimen kami. Subyek dari kelompok eksperimental menunjukkan pemrosesan
kognitif input linguistik, misal, kosa kata baru, daripada subyek dari kelompok
kontrol.
Ketiga, penemuan Plass, Chum, Mayer, dan
Leutner (1998) mendukung penggunaan multimedia
dalam meningkatkan pemahaman siswa dan akuisisi kosa kata Bahasa Inggris. Dalam
penelitian kami, anggapan ini didukung oleh hasil dari hasil kelompok
eksperimental. Mereka menunjukkan akuisisi lebih baik akan kosa kata baru
daripada kelompok yang tidak terekspos pada anotasi multimedia.
Akhirnya, dinyatakan oleh Wood (2001) bahwa
ketika animasi dikombinasi dengan penjelasan informatif dan menarik, potensi
untuk pembelajaran kata sangat meningkat juga pemrosesan mendalam akan kosa
kata baru ini. Hasil dari penelitian terbaru membuktikan pernyataan Wood.
Kelompok eksperimental lebih mengungguli kinerjanya daripada kelompok kontrol.
Ini berarti bahwa animasi benar-benar berdampak positif terhadap daya ingat
kosa kata baru.
KESIMPULAN
Penelitian ini mengeksplorasi keefektifan multimedia
pada pembelajaran kosa kata baru bagi siswa di
kelas sebelas SMK N2 di Salatiga. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa
gambar animasi lebih efektif dalan menjarkan kosa kata baru daripada cara ceramah. Partisipan belajar dan mengingat lebih baik kata
ketika menggunakan animasi. Di antara faktor yang mungkin
yang bisa menjelaskan hasil ini adalah bahwa animasi meningkatkan rasa ingin
tahu siswa yang secara positif mempengaruhi daya ingat kosa kata yang
diberikan. Ini jelas dari pengamatan peneliti sendiri tentang interaksi siswa
selama pelajaran dan juga dicerminkan dalam hasil.
REKOMENDASI
Prosedur dan hasil penelitian menerangi sejumlah
masalah yang bisa digunakan untuk rekomendasi di masa mendatang. Rekomendasi
yang diberikan bertujuan mengatasi keterbatasan penelitian. Pertama, replikasi dari
penelitian ini dengan jumlah partisipan yang lebih besar diperlukan supaya bisa
mendapatkan hasil yang handal dan bisa digeneralisasikan, karena ukuran kecil
sampel (N=32) meragukan pada validitas signifikasi yang diamati.
Kedua, peneliti percaya bahwa hasil dari penelitian tidak benar-benar
membuktikan asumsi karena pendeknya waktu selama penelitian. Maka, mereka
menyarankan melakukan penelitian yang sama dengan waktu yang
panjang. Misal satu semester, supaya bisa mencapai hasil
yang andal. Ketiga, studi ini hanya menguji kemampuan pengenalan siswa, yang
dilakukan dengan tujuan pembatasan waktu. Maka, studi di masa depan diperlukan
untuk menunjukkan efek multimedia pada pengenalan anak juga produksi kosa kata.
Dengan demikian, disarankan agar mengadakan pos tes lain setelah waktu yang
lebih lama untuk mengukur daya ingat jangka panjang.
References
Allen, V. F. (1983). Techniques in
teaching vocabulary. New York, N.Y.: Oxford University Press.
Al-Seghayer, K. (2001). The effect of multimedia
annotation modes on L2 vocabulary acquisition: a comparative study. Language
Learning and Technology, 5(1), 202-232.
Chun, D., & Plass, J. (1996). Effects of
multimedia annotations on vocabulary acquisition. The Modern Language
Journal, 80(2), 183-198.
Coriano, A. (2001). Vocabulary acquisition through
reading: A Study of the Effectiveness of Different CALL-based Annotations.
Dissertation Abstracts International, 71B. (UMI No. 1406590)
Duquette,
L. & ReniƩ, D. (1998). The
evaluation of vocabulary acquisition when learning French as a second language
in a multimedia environment. Computer Assisted Language Learning ,11(1),
3–34.
Groot, P. J. M. (2000). Computer assisted second
language vocabulary acquisition. Language Learning and Technology, 4(1),
60-81.
Harley,
B. (1996). Introduction: Vocabulary learning and teaching in a second language.
The Canadian Modern Language Review 53 (1), 3-11.
Iheanacho,
C. (1997). Effects of two multimedia computer-assisted language learning
programs on vocabulary acquisition of intermediate level ESL students.
(Ph.D) Dissertation: The Virginia Polytechnic Institute and State University
Jones, L. (2004). Testing L2 vocabulary recognition
and recall: using pictorial and written test items. Language Learning and
Technology, 8(3), 122-143.
Jones, L. &
Plass, J. (2002). Supporting listening comprehension and vocabulary
acquisition in French with multimedia annotations. The Modern Language
Journal, 86(4), 546-561.
Knight,
S. (1994). Dictionary use while reading: The effects on comprehension and
vocabulary acquisition for students of different verbal abilities. The
Modern Language Journal 78 (3), 285-297.
Mayer, E. (1997). Multimedia Learning: are we asking
the right questions? Educational Psychologist, 32(1), 1-19.
Plass,
J., Chun, D., Mayer, R., & Leutner, D. (1998). Supporting visual and verbal
learning preferences in a second language multimedia learning environment. Journal
of Educational Psychology, 90(1), 25–36.
Sun, Y. & Dong, Q. (2004). An experiment on
supporting children’s English vocabulary learning in multimedia context. Computer
Assisted Language Learning, 17(2), 131-147.
Sutton, J. (1999). A comparison of image and
textual annotations of vocabulary items in multimedia based reading passages
and their respective effects on vocabulary acquisition. Unpublished master
thesis: University of Surrey.
Tozcui,
A., & Coady, J. 2004. Successful learning of frequent vocabulary through
CALL also benefits reading comprehension and speed. Computer Assisted
Language Learning, 17 (5), 473–495.
Uberman, A. (1998). The use of games for
vocabulary presentation and revision. Forum,
vols/vol36/no1/p20.htm
Underwood,
J. (1990). Research in hypertext: desiderata. Computer Assisted English
Language Learning Journal, 1(4), 33-36.
Wood, J. (2001). Can software support children’s
vocabulary development? Language Learning and Technology, 5(1), 166- 201.