Minggu, 07 April 2013

jurnal penelitian multimedia




MOVIES DAN PRINT SCREEN SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN   HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS

Ditulis Oleh:
Christiawan Widhi Nugroho
Program Magister Manajemen Pendidikan
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga 50711
email: chrisiawann75@gmail.com
Absrak
           Absrak
           Penelitaian ini bertujuan menguji efek dari metoda cerama dan metoda multimedia mengguanakan movies dan printscreen terhadap hasil belajar Bahasa Inggris. Peneliti berusaha mencari tahu model pembelajaran yang mana yang lebih efektif dalam meningkatkan akuisisi kosa kata untuk  bisa diingat dalam memori. Penelitian ini dilakukan   di SMK Negeri 2 Salatiga berdasar pada pelajaran kosa kata dalam buku teks mereka. Mereka dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok satu, yang merupakan kelompok kontrol, diajar dengan cara tradisional, yaitu diberi ceramah, sementara kelompok eksperimental diajar dalam lingkungan multimedia, menggunakan gambar animasi/gambar hidup. Kemudian diadakan pra tes dan post tes supaya bisa mendapatkan data yang diperlukan. Hasil dari kedua tes itu dianalisa menggunakan Paired Sample T-test. Peneliti berhipotesa bahwa penggunaan multimedia meningkatkan persepsi dan daya ingat terhadap kosa kata Bahasa Inggris lebih banyak daripada penggunaan gambar mati. Penemuan penelitian ini mendukung hipotesa peneliti, yaitu gambar hidup lebih efektif daripada pengajaran menggunakan ceramah.


PENDAHULUAN
Berdasarkan pengalaman mengajar di SMK N2 Salatiga, penulis menemukan masalah yang muncul akibat kurangnya kegiatan siswa dan hasil belajar siswa dalam  mendeskripsikan karakter benda dan orang dalam Bahasa Inggris. Kompetensi dasar yang harus dicapai iala pengetahuan akan kosa kata untu mendeskripsikan. Penelitian menunjukkan bahwa tanpa pengetahuan yang mencukupi akan kosa kata yang relevan, siswa mengalami kesulitan mengerjakan tugas kosa kata (Harley, 1996). Harley mencatat bahwa pengetahuan kosa kata sangatlah mendasar bagi perkembangan kemahiran bahasa Inggris. Salah satu faktor yang penting ialah kebutuhan akan metoda pedagogis yang efektif untuk mengajar kosa kata Bahasa Inggris. Metoda pedagogis tradisional untuk akuisisi kosa kata Bahasa Inggris termasuk daftar kata, penggunaan kamus, Lembar Kerja Siswa, materi buatan guru, diskusi kelompok, dan visual seperti gambar mati dan obyek nyata. Namun, pengembangkan metoda pedagogis efektif untuk akuisisi  kosa kata Bahasa Inggris terus diperhatiakan dan dijajaki (Ihenacho, 1997).Selama ini guru masih sering menggunakan metode konvensional tradisional, disamping itu biasanya guru menggunakan teknik ceramah dan hanya menjelaskan materi dengan media white board  dan spidol. Berkenaan dengan hal tersebut rasanya tidak sesuai jika pembelajaran pendeskripsian orang dan benda hanya menggunakan metode ceramah, hal itu berdampak pada menurunnya motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.           Satu pedagogi yang menarik banyak peneliti adalah computer-assisted language learning (CALL). Banyak praktisi telah menyatakan bahwa tekhnologi ini memiliki potensi untuk digunakan dalam pembelajaran bahasa. Walaupun bidang ini terbilang masih baru, banyak guru Bahasa Inggris dan praktisi sedang menguji penggunaannya sebagai komponen penting dalam pengajaran Bahasa Inggris. Salah satu penggunaan potensial dari CALL yang telah banyak diperhatikan selama beberapa tahun berlalu ialah bagaimana menggunakan multimedia dalam proses belajar mengajar Bahasa Inggris. Multimedia dalam lingkungan komputer menyiratkan kombinasi dari berbagai media teks, video diputar dengan DVD player, sehingga bisa ditampilkan subtitle, supaya siswa bisa menyerap kosa kata berdasarkan konteks, biasanya disampaikan di Laboratorium Bahasa yang dilengakapi dengan LCD dan screennya, PC dan peralatan audio visual. Sedangkan kegiatan printscreen  adalah kegiatan mencetak tampilan di desktop ke dalam RAM dan kemudian ditampilkan kembali ke dalam word processor, sehingga bisa di deskripsikan dengan pengolah kata tersebut .

METODOLOGI  
a. Partisipan
  Partisipan ialah siswa SMK Negeri 2 Salatiga. Mereka semua kelas satu, umur antara 14-15 tahun. Siswa dari penelitain kuasi eksperimental ini masuk dalam kelompok murni tak tersentuh, mereka tidak terseleksi secara acak. Mereka adalah siswa kelas yang ada pada waktu itu. Kelompok kontrol dan kelompok eksperimental adalah siswa yang sama terdiri dari 32 siswa. Kelompok ini diajarkan dalam cara tradisional dengan cara ceramah dan cara menggunakan mulitmedia movies and printscreen

b. Materi
  Pelajaran yang telah diajarkan dipilih dari supervisor Jurusan Bahasa Inggris. Diambil dari buku teks khusus  English for SMK, yang digunakan di sekolah. Judul pelajarannya adalah Describing  dan termasuk sejumlah kosa kata baru yang berhubungan dengan konsep itu sendiri. Peneliti memilih sembilan kata untuk disajikan dalam subyek. Kata yang sama telah diajarkan pada kedua kelompok.
  Setelah menyampaikan pelajaran dengan cara tradisional , sebua pre tes telah dilakukan untuk mengecek tingkat pengetahuan siswa akan kata-kata baru. Pre tes ini dilakukan oleh guru  dua hari sebelum melakukan penelitian. Ini termasuk kata adjective dan kata padanan Bahasa Indonesai yang harus dijodohkan oleh siswa. Tes ini terdiri dari sepuluh kosa kata, kemudian diskor dari sepuluh.
  Kelompok kontrol mendapat pelajaran pada kelas biasa, sementara  kelompok eksperimental mendapat pelajaran dalam laboratorium bahasa di sekolah. Perbedaan lingkungan ini menciptakan perbedaan dalam tingkat kesenangan dan semangat di antara siswa dari dua kelompok. Kelompok eksperimental ditemukan lebih senang selama pelajaran, dan ini dicerminkan dalam nilai mereka, juga. Kedua kelompok telah diajarkan oleh guru yang sama (peneliti). Ini dilakukan secara sadar agar bisa mengkontrol satu variabel.
  Presentasi movies telah didesain oleh peneliti sendiri. Ini termasuk sejumlah clip, video dilengkapi dengan caption sehingga siswa bisa mengetahui makna kata yang diucapkan aktor.  .
  Setelah menyajikan pelajaran, post tes diadakan segera pada bagian yang sama. Post tes termasuk daftar gambar dan daftar lain dari kosa kata baru. Siswa harus menjodohkan setiap gambar dengan kata yang cocok yang mewakilinya. Tes ini juga termasuk sepuluh kosa kata dan dinilai dari sepuluh.
  Variabel dalam penelitian ini ialah hasil belajar. Latihan soal          dalam kedua tes merupakan sama jenisnya dimana siswa diminta untuk menjodohkan kata dengan gambar yang benar. Bagaimanapun, ada sedikit perbedaan antara dua tes mengenai gambar yang digunakan dan urutannya.
C. Prosedur
  Pengaturan untuk mengadakan penelitian didesain oleh peneliti  sebelum mengadakan penelitian. Berdasarkan itu, pre tes diadakan oleh peneliti sendiri sebelum mengadakan penelitian. Pelajaran yang mengandung kata sasaran diberikan pada siswa pada hari yang sama. Durasi setiap pelajaran empat puluh menit. Kelompok kontrol menerima pengajaran menggunakan cara tradisional pada satu sisi,dan kata pada sisi lain. Di pihak lain, kelompok eksperimental diajari pelajaran dalam lab bahasa. Disana, peneliti menggunakan lap top dan projektor untuk menunjukkan animasi kata baru. Pada akhir pelajaran, setiap kelompok diberikan post tes untuk dijawab.

d. ANALISA
  Data dikumpulkan melalui pre dan post tes untuk bisa menjawab pertanyaan peneliti. Hasil dari kedua tes ini dianalisa menggunakan program SPSS 17. Pertama, data pre test untuk setiap kelompok disisipkan dan dianalisa secara terpisah agar supaya bisa menemukan rerata dan simpangan baku dari skor setiap kelompok. Prosedur yang sama diikuti dengan skor post tes setiap kelompok. Paired sample t-test diterapkan untuk melihat apakah ada perbedaan signifikan dalam hasil belajar Bahasa Inggris antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimental. Hipotesa diuji pada tingkat signifikasi 0.5.

HASIL
Penelitian terkini diadakan untuk menentukan efektifitas multimedia dalam meningkatkan hasil belajar Bahasa Inggris di antara siswa SMK Negeri 2 Salatiga. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan:
Mana yang lebih efektfi  utuk memfasilitasi akuisisi kosa kata Bahasa Inggris: multimedia atau ceramah?
  Seperti yang dijelaskan sebelumnya, penelitian kami dilakukan di SMK Negeri, dan subyek penelitian adalah 32 siswa. Pelajaran kosa kata diberikan di salah satu jam sekolah. Kelompok  kontrol menerima pengajaran menggunakan metoda konvensional, misalnya penjelasan verbal dan flashcard yang merepresentasi kosa kata baru. Di pihak lain, kelompok eksperimental menerima pengajaran dengan menggunakan presentasi movies dan proyektor.
  Pre dan post test yang meliputi pengenalan kosa kata diadakan untuk semua subyek penelitian dari sampel sebelum dan sesudah eksperimen. Sejumlah t test kemudian diterapkan untuk rerata pre dan post tes dari kedua kelompok untuk mengetahui apakah perbedaan antara keduanya secara statistik signifikan.
  Seperti yang ditunjukkan dalam tabel  di bawah, skor rerata dari pembelajaran pre tes untuk kelompok kontrol adalah 80.69. Untuk kelompok eksperimental rerata naik menjadi 86.56 dalam post tes kosa kata.   
STATISTIK DAN PEMBAHASAN
Nilai Pre-test (Nilai Sebelum Tindakan)
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Pre Test
X
F
Persen
X*F
Kumulatif F
Kumulatif %
66
3
4.69%
198
3
9.38%
77
18
28.13%
1386
21
65.63%
88
10
15.63%
880
31
96.88%
99
1
1.56%
99
32
100.00%
Total
32

Dari tabel 1, yaitu tentang frekuensi Pre-test, bisa diketahui bahwa jumlah anak yang mendapatkan nilai 66 sebanyak 3 orang, 4.69% dari jumlah siswa. Ada 18 siswa mendapatkan nilai 77, berarti yang mendapat nilai 77 sebesar 28.13 persen. 15.63% siswa mendapat nilai 88 karena ada 10 siswa yang mendapatkan nilai ini. Hanya ada 1 orang yang mendapat nilai 99, yang berarti sejumlah 1.56

Tabel 2
Statistik Pre Test
Rata-Rata
80.09
Standar Deviasi
7.51
Ukuran Sample
32.00
Konfdens
1.96
margin of error
2.60
Batas Atas
82.70
Batas Bawah
77.49
Nilai Tertinggi
99.00
Nilai Terendah
66.00
Range
33.00
Median
77
Mode
77

Dari tabel 2, yaitu tabel statistik Pre test, diketahui bahwa Rata-rata nilai siswa sebesar 80.9, Standar deviasi 7.51, ukuran sample 32, dan konfidensi sebesar 1.96. Margin error sebesar 2.6, Dengan demikian Batas Atas bisa diketahui dengan menerapkan rumus: Margin error ditambah rata-rata. Rumus margin error adalah 1.96 (konfidensi) dikalikan standar deviasi dibagi akar dari ukuran sample.

Nilai Setelah Tindakan (Post-test1)      
Tabel 4
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Post Test






X
F
Persen
X*F
Kumulatif F
Kumulatif %
70
1
3.13%
70
1
3.13%
80
13
40.63%
1040
14
43.75%
90
14
43.75%
1260
28
87.50%
100
4
12.50%
400
32
100.00%
Total
32





Tabel  5
Statistik Post Test
Rata-Rata
86.56
Standar Deviasi
7.45
Ukuran Sample
32.00
Konfdens
1.96
margin of error
2.58
Batas Atas
89.14
Batas Bawah
83.98
Nilai Tertinggi
100.00
Nilai Terendah
70.00
Range
30.00
Median
90
Mode
90










Nilai T-test
                                              Tabel 7
Paired Samples Statistics


Mean
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Pair 1
Pre
80.0938
32
7.51497
1.32847
Post1
86.5625
32
7.45281
1.31748

Dari 32 subjek yang diamati terlihat bahwa rata-rata (mean) pre test sebelum intervensi Movies&PrintScreen adalah 80.09, dan rata-rata hasil belajar sesudah intervensi  adalah 86.5. Uji ‘t’ yang dilakukan terlihat pada tabel berikut:

                                                    Tabel 8
Paired Samples Test



Paired Differences
t
df
Sig. (2-tailed)


Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the Difference


Lower
Upper

Pair 1
Pre-Post
-6.46875
9.85699
1.74249
-10.02257
-2.91493
-3.712
31
.001

Dari hasil uji-t berpasangan tersebut terlihat bahwa rata-rata perbedaan antara Pre Test dengan Post test adalah sebesar -6.468. Artinya ada kenaikan hasil belajar sesudah intervensi dengan rata-rata kenaikan sebesar 6.468.

Hasil perhitungan nilai “t” adalah sebesar
-3.712 dengan p-value 0.000 dapat ditulis 0,001 (uji 2-arah). Hal ini berarti kita menolak Ho dan menyimpulkan bahwa  secara statistik ada perbedaan yang bermakna antara rata-rata hasil belajar sebelum dengan sudah intervensi.

Dari hasil di atas kita bisa menilai  bahwa
perlakuan movies dan printscreen tersebut berhasil meningkatkan hasil belajar.
DISKUSI HASIL

Tinjauan hasil di Tabel (1, 2, 3, 4, 5 ,6, 7, 8) memberikan jawaban positif terhadap pertanyaan penelitian : Apakah multimedia dalam hal ini movies efisien dalam meningkatkan hasil belajar Bahasa Inggris di antara siswa  SMK N2 di Salatiga? Pada waktu yang sama, ini menegaskan hipotesa yang dinyatakan: Ada perbedaan signifikan antara skor rerata siswa yang menerima pembelajaran kosa kata melalui multimedia dan siswa yang menerima pembelajaran kosa kata melalui metoda konvesional.
  Sementara mendiskusikan hasil ini, ini akan relevan pada beberapa masalah penting yang dijelaskan dalam bahasan literatur. Pertama, menurut Underwood (1990) yang menyatkan bahwa penggunaan multimedia membuat siswa mampu mengingat kosa kata yang dipelajari lebih lengkap, anggapannya terbukti disepanjang eksperimen di mana siswa yang menerima pengajaran multi media mendapat hasil skor lebih tinggi dalan pos tes daripada yang tidak.
   Lagipula, pengamatan informal selama eksperimen secara konsisten menunjukkan bahwa kelompok multimedia lebih termotivasi daripada kelompok kontrol. Mereka mendemonstrasikan kesukaan dan minat yang lebih dalam belajar.
  Kedua, Mayer (1997) mengindikasi tentang adanya isyarat gambar dan verbal dalan pengajaran bahasa  dan keefektifitasannya dalan proses kognitif  juga terlihat di hasil eksperimen kami. Subyek dari kelompok eksperimental menunjukkan pemrosesan kognitif input linguistik, misal, kosa kata baru, daripada subyek dari kelompok kontrol.
  Ketiga, penemuan Plass, Chum, Mayer, dan Leutner (1998) mendukung penggunaan   multimedia dalam meningkatkan pemahaman siswa dan akuisisi kosa kata Bahasa Inggris. Dalam penelitian kami, anggapan ini didukung oleh hasil dari hasil kelompok eksperimental. Mereka menunjukkan akuisisi lebih baik akan kosa kata baru daripada kelompok yang tidak terekspos pada anotasi multimedia.
  Akhirnya, dinyatakan oleh Wood (2001) bahwa ketika animasi dikombinasi dengan penjelasan informatif dan menarik, potensi untuk pembelajaran kata sangat meningkat juga pemrosesan mendalam akan kosa kata baru ini. Hasil dari penelitian terbaru membuktikan pernyataan Wood. Kelompok eksperimental lebih mengungguli kinerjanya daripada kelompok kontrol. Ini berarti bahwa animasi benar-benar berdampak positif terhadap daya ingat kosa kata baru.

 KESIMPULAN
Penelitian ini mengeksplorasi keefektifan multimedia pada pembelajaran kosa kata baru bagi siswa  di kelas sebelas SMK N2 di Salatiga. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa gambar animasi lebih efektif dalan menjarkan kosa kata baru daripada cara ceramah. Partisipan belajar dan mengingat lebih baik kata ketika menggunakan animasi. Di antara faktor yang mungkin yang bisa menjelaskan hasil ini adalah bahwa animasi meningkatkan rasa ingin tahu siswa yang secara positif mempengaruhi daya ingat kosa kata yang diberikan. Ini jelas dari pengamatan peneliti sendiri tentang interaksi siswa selama pelajaran dan juga dicerminkan dalam hasil.

REKOMENDASI
Prosedur dan hasil penelitian menerangi sejumlah masalah yang bisa digunakan untuk rekomendasi di masa mendatang. Rekomendasi yang diberikan bertujuan mengatasi keterbatasan penelitian. Pertama, replikasi dari penelitian ini dengan jumlah partisipan yang lebih besar diperlukan supaya bisa mendapatkan hasil yang handal dan bisa digeneralisasikan, karena ukuran kecil sampel (N=32) meragukan pada validitas signifikasi yang diamati. Kedua, peneliti percaya bahwa hasil dari penelitian tidak benar-benar membuktikan asumsi karena pendeknya waktu selama penelitian. Maka, mereka menyarankan melakukan penelitian yang sama dengan waktu yang panjang. Misal satu semester, supaya bisa mencapai hasil yang andal. Ketiga, studi ini hanya menguji kemampuan pengenalan siswa, yang dilakukan dengan tujuan pembatasan waktu. Maka, studi di masa depan diperlukan untuk menunjukkan efek multimedia pada pengenalan anak juga produksi kosa kata. Dengan demikian, disarankan agar mengadakan pos tes lain setelah waktu yang lebih lama untuk mengukur daya ingat jangka panjang.
References
Allen, V. F. (1983). Techniques in teaching vocabulary. New York, N.Y.: Oxford University Press.
Al-Seghayer, K. (2001). The effect of multimedia annotation modes on L2 vocabulary acquisition: a comparative study. Language Learning and Technology, 5(1), 202-232.
Chun, D., & Plass, J. (1996). Effects of multimedia annotations on vocabulary acquisition. The Modern Language Journal, 80(2), 183-198.
Coriano, A. (2001). Vocabulary acquisition through reading: A Study of the Effectiveness of Different CALL-based Annotations. Dissertation Abstracts International, 71B. (UMI No. 1406590)
Duquette, L. & Renié, D. (1998).  The evaluation of vocabulary acquisition when learning French as a second language in a multimedia environment. Computer Assisted Language Learning ,11(1), 3–34.
Groot, P. J. M. (2000). Computer assisted second language vocabulary acquisition. Language Learning and Technology, 4(1), 60-81.
Harley, B. (1996). Introduction: Vocabulary learning and teaching in a second language. The Canadian Modern Language Review 53 (1), 3-11.
Iheanacho, C. (1997). Effects of two multimedia computer-assisted language learning programs on vocabulary acquisition of intermediate level ESL students. (Ph.D) Dissertation: The Virginia Polytechnic Institute and State University

Jones, L. (2004). Testing L2 vocabulary recognition and recall: using pictorial and written test items. Language Learning and Technology, 8(3), 122-143.
Jones, L. &  Plass, J. (2002). Supporting listening comprehension and vocabulary acquisition in French with multimedia annotations. The Modern Language Journal, 86(4), 546-561.
Knight, S. (1994). Dictionary use while reading: The effects on comprehension and vocabulary acquisition for students of different verbal abilities. The Modern Language Journal 78 (3), 285-297.
Mayer, E. (1997). Multimedia Learning: are we asking the right questions? Educational Psychologist, 32(1), 1-19.
Plass, J., Chun, D., Mayer, R., & Leutner, D. (1998). Supporting visual and verbal learning preferences in a second language multimedia learning environment. Journal of Educational Psychology, 90(1), 25–36.
Sun, Y. & Dong, Q. (2004). An experiment on supporting children’s English vocabulary learning in multimedia context. Computer Assisted Language Learning, 17(2), 131-147.
Sutton, J. (1999). A comparison of image and textual annotations of vocabulary items in multimedia based reading passages and their respective effects on vocabulary acquisition. Unpublished master thesis: University of Surrey. 
Tozcui, A., & Coady, J. 2004. Successful learning of frequent vocabulary through CALL also benefits reading comprehension and speed. Computer Assisted Language Learning, 17 (5), 473–495.
Uberman, A. (1998). The use of games for vocabulary presentation and revision. Forum,
            36, 20 -35. Retrieved May 28, 2006, from http://exchanges.state.gov/forum/
            vols/vol36/no1/p20.htm
Underwood, J. (1990). Research in hypertext: desiderata. Computer Assisted English Language Learning Journal, 1(4), 33-36.
Wood, J. (2001). Can software support children’s vocabulary development? Language Learning and Technology, 5(1), 166- 201.


                                                                                                      









Tidak ada komentar:

Posting Komentar